Sabtu, 29 Agustus 2009

Karenamu Yang Luar Biasa, Saya Juga Pengen Sedikit Luar Biasa

Kekagumanku terhadapmu dari dulu sampai sekarang tak berubah. Meski waktu telah berjalan lebih dari 14 tahun. Kamu tetap sosok perempuan yang luar biasa. Penuh vitalitas, kerja keras, dan cerdas. Sosok kesempurnaan ada pada dirimu.
Saya masih ingat ketika dulu kamu berlari, penuh dengan kilatan keringat dan membuat raut wajahmu memerah. Saya juga ingat ketika kamu berselisih pendapat, kamu selalu bisa memberikan alasan bahwa apa yang kamu pilih benar. Terlebih kerja kerasmu dalam belajar, tak cukup hanya di sekolah atau dirumah. kamu selalu mengasah dan mengolah otakmu untuk dapat lebih baik.
Wajar bila saya dari dulu selalu mengagumimu. Kadang membuatku malu bila harus bertemu denganmu. Saya hanyalah setitik pemuja diantara pecintamu. Maklum juga bila saya tak pernah terlihat dan ada di depanmu. Setidaknya rasa bersyukur masih ada, Tuhan masih memberi kesempatan bagiku untuk berjuang. Mungkin tak adil bila semua usahaku itu kulakukan hanya untuk kamu, agar tak malu bila suatu saat mungkin kita akan bertemu.
Tak ada paksa yang membuat saya ingin bertemu denganmu, cukup mendengar kabar baik menyertaimu itu sudah cukup. Munafik bila setelah waktu berjalan kekagumanku berkurang tapi jujur sekian lama saya mencoba menghilangkan rasa sungkanku, ketakutanku bila kelak bertemu denganmu terasa sulit.
Saya pasti akan tetap menundukan kepala, kamu terasa jauh dilangit dan begitu sulit diraih. Sosok yang relijius, beda dengan diriku yang jauh dari nilai-nilai agama. itu yang pasti alasan dasar ada perbedaan yang begitu jauh. Kalau berani lebih jujur kecerdasanmu jauh, mungkin seratus atau seribu kali lipat dari apa yang terpendam di otakku.
Semakin saya belajar untuk setidaknya bisa berbicara setara, mengimbangi kecerdasanmu semakin menunjukan kekerdilan otakku. Apa yang kulakukan tak akan merubahnya. Kamu tetap jauh dan saya hanya bisa menatap dan tersenyum. Karenamu yang luar biasa saya juga pengen sedikit luar biasa.