Sabtu, 23 Mei 2009
Jumat, 22 Mei 2009
Bila Kamu Pusing Jangan Baca Tulisan Ini
Percayakah kamu bahwa hidup kita dipenuhi simbol-simbol? Apa yang kita kenakan, apa yang kita yakini atau apapun itu yang melekat pada diri kita bisa diinterpretasikan. Terserah mau menggunakan kajian dari kaca mata siapa. Semua berhak menyimpulkan dengan kapasitas dan caranya masing-masing.
Ambilah contoh, orang yang senantiasa memakai baju hitam. Ada Romi Rafael si pesulap, Aziz MS gitaris jamrud, sampai Permadi seorang spiritualis. Mereka sama-sama selalu berkostum hitam-hitam tapi kalau ditanya alasannya pasti berbeda.
Tak perlu jauh-jauh untuk mencari jawaban pada orang terkenal tersebut. Cukuplah menanyakan pada orang disekitar kita, kenapa demikian. Pasti akan ditemuakan seribu atau sejuta jawaban. Semua tak ada yang, semua benar. Tentu kebenaran yang nisbi sesuai dengan apa yang di yakini pula.
Semua jawaban dapat diperoleh dengan dengan menemukan pemahaman atau latah. Sekadar ikut-ikutan kata teman atau terpengaruh dari apa yang dilihat dan dibaca kemudian terinternalisasi.
Tapi alangkah baiknya bila pemahaman kita akan konsep diperoleh dari semua itu. Hasil dari melihat, membaca, meniru kemudian terinternalisasi menjadi konsep yang tersimbolkan. Jelas, orisinil dan unik serta membangun.
Tidak semua orang mampu merangkai simbol-simbol yang ada dalam suatu konsep yang jelas. Konsep mungkin hanya jelas secara subjektif, bagi orang-orang sekomunitas atau sepaham. Tidak berlaku bagi yang lain. Butuh satu bahasa atau simbol untuk menerangkan.
Bukankah tiap daerah memiliki bahasa yang berbeda pula. Dalam satu provinsi saja mungkin di diami beberapa komunitas dengan bahasa yang berbeda, aturan yang berbeda dan tatanan yang berbeda pula.
Pastinya simbol-simbol tersebut akan memperkaya khasanah berpikir kita. Semoga........
Ambilah contoh, orang yang senantiasa memakai baju hitam. Ada Romi Rafael si pesulap, Aziz MS gitaris jamrud, sampai Permadi seorang spiritualis. Mereka sama-sama selalu berkostum hitam-hitam tapi kalau ditanya alasannya pasti berbeda.
Tak perlu jauh-jauh untuk mencari jawaban pada orang terkenal tersebut. Cukuplah menanyakan pada orang disekitar kita, kenapa demikian. Pasti akan ditemuakan seribu atau sejuta jawaban. Semua tak ada yang, semua benar. Tentu kebenaran yang nisbi sesuai dengan apa yang di yakini pula.
Semua jawaban dapat diperoleh dengan dengan menemukan pemahaman atau latah. Sekadar ikut-ikutan kata teman atau terpengaruh dari apa yang dilihat dan dibaca kemudian terinternalisasi.
Tapi alangkah baiknya bila pemahaman kita akan konsep diperoleh dari semua itu. Hasil dari melihat, membaca, meniru kemudian terinternalisasi menjadi konsep yang tersimbolkan. Jelas, orisinil dan unik serta membangun.
Tidak semua orang mampu merangkai simbol-simbol yang ada dalam suatu konsep yang jelas. Konsep mungkin hanya jelas secara subjektif, bagi orang-orang sekomunitas atau sepaham. Tidak berlaku bagi yang lain. Butuh satu bahasa atau simbol untuk menerangkan.
Bukankah tiap daerah memiliki bahasa yang berbeda pula. Dalam satu provinsi saja mungkin di diami beberapa komunitas dengan bahasa yang berbeda, aturan yang berbeda dan tatanan yang berbeda pula.
Pastinya simbol-simbol tersebut akan memperkaya khasanah berpikir kita. Semoga........
Menjadi Dewasa Itu Pilihan
Rupa-rupa kehidupan. Semua penuh dengan warna. Warna yang berasal dari lingkungan sekitar atau warna dari kita sendiri yang ingin kita lukis pada kertas kita dan akan mewarnai dunia. Semua sah dan siapapun bebas memilih, diwarnai atau mewarnai.
Seberapa kita sadar kalau kita punya kesempatan untuk melakukan perubahan. Perubahan yang mendasar bagi diri kita dan akan merubah jalan hidup kita. Atau mungkin malah merubah peradapan dunia. Semua dimulai dari yang kecil, tak ada yang besar tanpa yang kecil dan tak ada akhir tanpa awalan.
Memang indah dan romantis bila kita menentukan warna-warna khas yang ada pada kita. Mencoret, menggaris, mengarsir atau menitik-nitik pada setiap kertas kehidupan.
Bayangkan kalau sedari dulu kita sadar kita bagaikan kertas putih. Dan kita bisa memberi warna bukan diberi warna. Memiliki jati diri yang unik tanpa satu orang pun yang menyamai. Berani tampil beda dengan konsep diri yang jelas. Bukan konsep yang didapat dari orang lain. Sebab konsep diri yang tidak jelas hanya akan menghasilkan pribadi instan.
Mudah terombang-ambing oleh arus jaman. Setiap terjadi perubahan mode akan ikut berubah. Celakanya bila dari semua yang dianut tidak ditemukan satu konsep yang jelas. Konsep yang bisa membawa kearah yang lebih baik.
Proses pendewasaan atau pencapaian tertinggi dari perjalanan hidup manusia secara psikologis. Dimana ia mampu menempatkan diri pada tempat yang sesuai. Semua ada pertanggung jawaban dan alasan yang rasional kenapa itu harus terjadi.
Ya, menjadi dewasa adalah pilihan, dan kamu silahkan pilih mana jalan yang akan kamu ambil?
Seberapa kita sadar kalau kita punya kesempatan untuk melakukan perubahan. Perubahan yang mendasar bagi diri kita dan akan merubah jalan hidup kita. Atau mungkin malah merubah peradapan dunia. Semua dimulai dari yang kecil, tak ada yang besar tanpa yang kecil dan tak ada akhir tanpa awalan.
Memang indah dan romantis bila kita menentukan warna-warna khas yang ada pada kita. Mencoret, menggaris, mengarsir atau menitik-nitik pada setiap kertas kehidupan.
Bayangkan kalau sedari dulu kita sadar kita bagaikan kertas putih. Dan kita bisa memberi warna bukan diberi warna. Memiliki jati diri yang unik tanpa satu orang pun yang menyamai. Berani tampil beda dengan konsep diri yang jelas. Bukan konsep yang didapat dari orang lain. Sebab konsep diri yang tidak jelas hanya akan menghasilkan pribadi instan.
Mudah terombang-ambing oleh arus jaman. Setiap terjadi perubahan mode akan ikut berubah. Celakanya bila dari semua yang dianut tidak ditemukan satu konsep yang jelas. Konsep yang bisa membawa kearah yang lebih baik.
Proses pendewasaan atau pencapaian tertinggi dari perjalanan hidup manusia secara psikologis. Dimana ia mampu menempatkan diri pada tempat yang sesuai. Semua ada pertanggung jawaban dan alasan yang rasional kenapa itu harus terjadi.
Ya, menjadi dewasa adalah pilihan, dan kamu silahkan pilih mana jalan yang akan kamu ambil?
Belajar Dari Manusia Akar
Tadi secara tidak sengaja saya bertemu orang yang teramat tabah, mungkin dia layak disebut nabi Nuhnya Indonesia. Ia menderita penyakit kulit sejak 15 tahun yang lalu. Penyakit yang sama sekali tidak tahu dari mana asalnya. Dari keluarga juga bukan sebab ini mungkin orang kedua yang terkena di Indonesia.
Tanpa penyesalan ia jalani hari-hari dengan kesendirian, menutup diri. Ia enggan merepotkan orang lain. Cukup bagi dia yang merasakan kesedihan. Selama menjalani perawatan tak pernah sekalipun merepotkan perawat atau dokter yang mengurusnya.
Beliau adalah Zainal. Media memberi julukan manusia akar. Manusia yang sempat ditubuhnya ditumbuhi kutil hidup. Satu virus yang menumpah hidup dikulit bagain luar. Hampir seskujur tubuhnaya dikalahkan. Tapi "Maha Besar Alloh" sampai sekarang ia bisa bertahan dengan segala kekurangannya.
Mengajarakan, rasa syukur tertinggi yang bisa ditunjukan atas apa yang Tuhan berikan. Tidak mengeluh meski badan digerogoti dengan rasa perih dan kepedihan. Bersabar dan percaya bahwa Tuhan pada akhirnya akan memberi yang terbaik.
Setelah, setahun menjalani pengobatan dengan operasi sebanyak 11 kali. Nampak ada mukziyat bahwa Tuhan itu maha besar. Tak ada yang menolak bila ia berkehendak. Memungkinkan apa yang dilogika tidak mungkin.
Selama itu pula ia mengajarkan tentang ketabahan, memberi harapan bagi orang lain. Dengan doa yang tulus semua masih mungkin terjadi. Bukan hanya itu, ia juga mengajarkan pada dunia kedokteran. Satu wacana baru bahwa ilmu terapan kelak akan segera terwujud.
Ilmu yang mampu memberikan pencerahan bagi semua orang yang ada didunia ini. Kesempatan untuk jauh lebih baik. Mengenal bahwa dunia semakin berkembang semakin ditemuakn satu acuan baru yang mampu merubah kehidupan.
Setidaknya bila hal itu tidak mampu terwujud, apa yang ia ajarkan pada satu kehidupan yang humanis tetap ada dan ditularkan pada yang lain.
Tanpa penyesalan ia jalani hari-hari dengan kesendirian, menutup diri. Ia enggan merepotkan orang lain. Cukup bagi dia yang merasakan kesedihan. Selama menjalani perawatan tak pernah sekalipun merepotkan perawat atau dokter yang mengurusnya.
Beliau adalah Zainal. Media memberi julukan manusia akar. Manusia yang sempat ditubuhnya ditumbuhi kutil hidup. Satu virus yang menumpah hidup dikulit bagain luar. Hampir seskujur tubuhnaya dikalahkan. Tapi "Maha Besar Alloh" sampai sekarang ia bisa bertahan dengan segala kekurangannya.
Mengajarakan, rasa syukur tertinggi yang bisa ditunjukan atas apa yang Tuhan berikan. Tidak mengeluh meski badan digerogoti dengan rasa perih dan kepedihan. Bersabar dan percaya bahwa Tuhan pada akhirnya akan memberi yang terbaik.
Setelah, setahun menjalani pengobatan dengan operasi sebanyak 11 kali. Nampak ada mukziyat bahwa Tuhan itu maha besar. Tak ada yang menolak bila ia berkehendak. Memungkinkan apa yang dilogika tidak mungkin.
Selama itu pula ia mengajarkan tentang ketabahan, memberi harapan bagi orang lain. Dengan doa yang tulus semua masih mungkin terjadi. Bukan hanya itu, ia juga mengajarkan pada dunia kedokteran. Satu wacana baru bahwa ilmu terapan kelak akan segera terwujud.
Ilmu yang mampu memberikan pencerahan bagi semua orang yang ada didunia ini. Kesempatan untuk jauh lebih baik. Mengenal bahwa dunia semakin berkembang semakin ditemuakn satu acuan baru yang mampu merubah kehidupan.
Setidaknya bila hal itu tidak mampu terwujud, apa yang ia ajarkan pada satu kehidupan yang humanis tetap ada dan ditularkan pada yang lain.
Rabu, 20 Mei 2009
Jangan Sekalipun Kamu Mengeluh
Ada satu teman yang sering kali menangis dihadapanku. Entah, saya tidak tahu apa alasannya. Tapi setiap kali saya melihat ada yang menangis saya ikut terbawa. Ada semacam kedekatan emosional yang dulu pernah hilang.
Mungkinkah dulu saya seperti itu, cengeng dan berani menangis dihadapan orang lain. Tanpa ragu bahwa orang lain boleh melihat ketidak berdayaan saya. Kurasa dari dulu sampai sekarangpun saya rasa bukan orang yang cengeng. Sebab untuk menagis terlalu banyak alasan. Dari alasan yang tidak masuk akal sampai alasan yang kompleks bisa kita temukan kalau mau mencari alasan untuk menangis.
Menangis, saya rasa setiap orang pernah melakukannya. Cuma intensitasnya yang berbeda. Ada seseorang yang setelah menangis merasa lega. Seolah-olah masalah selesai, tapi ada juga yang dengan menagis masalah malah tambah runyam. Segala masalah yang harusnya diselesaikan dengan kepala dingin ikut terkontaminasi karena hati yang memanas.
Saya sepakat menangis dapat digunakan sebagai katarsis. Sarana menumpahkan segala masalah yang harus keluar. Tanpa tedeng aling-aling menangislah bila itu perlu. Tapi coba bila kita beranggapan bahwa masalah yang kita alami adalah sesuatu yang biasa dan semua orangpun mengalaminya.
Pasti kita akan tersenyum masalah yang kita alami masih jauh lebih ringan dari masalah yang dirasakan orang disekitar kita. Mencoba berkaca dengan cermin yang cernih sehingga kita bisa melihat sesuatu sampai detil jauh mendalam. Bahwa didalamnya ada hikmah yang baik untuk kita.
Akan berbeda bila kita hanya suka mengeluh. Kita melihat masalah atau diri kita dari cermin yang kusam, tidak cernih pasti kita akan berpikir negatif dan pesimis. Harapan itu telah sirna yang ada hanya detik-detik penantian kita akan mati secara perlahan tapi pasti.
Pentingnya sebuah pemahaman akan potensi diri. Kita bisa menjadi apa yang kita pikirkan. Bila kamu berpikir menjadi pecundang pastilah kamu akan jadi pecundang, tapi ingat bila kamu berpikir bahwa "kamu akan senantiasa menjadi manusia pembelajar maka kamu akan menembus batas-batas".
Mungkin perlu dibuat sebuah forum kecil diantara kawan-kawan untuk membahas setiap masalah dengan pendekatan logika bukan dengan pendekatan emosional. Melihat sesuatu secara objektif bukan sensitif.
Berapapun banyaknya orang yang menasehati kita atau memberi pertuah dalam penyelesaian masalah. Tapi bila kita tidak mau membuka diri dan menerima masukan sama saja. Masuk lewat kuping kiri keluar lewat kuping kanan.
Sering saya mendengar ia mengeluh terlalu lelah dengan masalahnya dan mungkin mati akan memberi jalan keluar. Tak ada yang bisa saya sampaikan selain memohon cobalah kamu lihat ibumu sewaktu tidur, lima menit saya.
Perhatikan tiap kerutan diwajahnya..............
Mungkinkah dulu saya seperti itu, cengeng dan berani menangis dihadapan orang lain. Tanpa ragu bahwa orang lain boleh melihat ketidak berdayaan saya. Kurasa dari dulu sampai sekarangpun saya rasa bukan orang yang cengeng. Sebab untuk menagis terlalu banyak alasan. Dari alasan yang tidak masuk akal sampai alasan yang kompleks bisa kita temukan kalau mau mencari alasan untuk menangis.
Menangis, saya rasa setiap orang pernah melakukannya. Cuma intensitasnya yang berbeda. Ada seseorang yang setelah menangis merasa lega. Seolah-olah masalah selesai, tapi ada juga yang dengan menagis masalah malah tambah runyam. Segala masalah yang harusnya diselesaikan dengan kepala dingin ikut terkontaminasi karena hati yang memanas.
Saya sepakat menangis dapat digunakan sebagai katarsis. Sarana menumpahkan segala masalah yang harus keluar. Tanpa tedeng aling-aling menangislah bila itu perlu. Tapi coba bila kita beranggapan bahwa masalah yang kita alami adalah sesuatu yang biasa dan semua orangpun mengalaminya.
Pasti kita akan tersenyum masalah yang kita alami masih jauh lebih ringan dari masalah yang dirasakan orang disekitar kita. Mencoba berkaca dengan cermin yang cernih sehingga kita bisa melihat sesuatu sampai detil jauh mendalam. Bahwa didalamnya ada hikmah yang baik untuk kita.
Akan berbeda bila kita hanya suka mengeluh. Kita melihat masalah atau diri kita dari cermin yang kusam, tidak cernih pasti kita akan berpikir negatif dan pesimis. Harapan itu telah sirna yang ada hanya detik-detik penantian kita akan mati secara perlahan tapi pasti.
Pentingnya sebuah pemahaman akan potensi diri. Kita bisa menjadi apa yang kita pikirkan. Bila kamu berpikir menjadi pecundang pastilah kamu akan jadi pecundang, tapi ingat bila kamu berpikir bahwa "kamu akan senantiasa menjadi manusia pembelajar maka kamu akan menembus batas-batas".
Mungkin perlu dibuat sebuah forum kecil diantara kawan-kawan untuk membahas setiap masalah dengan pendekatan logika bukan dengan pendekatan emosional. Melihat sesuatu secara objektif bukan sensitif.
Berapapun banyaknya orang yang menasehati kita atau memberi pertuah dalam penyelesaian masalah. Tapi bila kita tidak mau membuka diri dan menerima masukan sama saja. Masuk lewat kuping kiri keluar lewat kuping kanan.
Sering saya mendengar ia mengeluh terlalu lelah dengan masalahnya dan mungkin mati akan memberi jalan keluar. Tak ada yang bisa saya sampaikan selain memohon cobalah kamu lihat ibumu sewaktu tidur, lima menit saya.
Perhatikan tiap kerutan diwajahnya..............
Sedikit Renungan Untuk Hari Ini
Apa yang terjadi di dunia ini tak dapat kita duga. Semua mengalir apa adanya, tanpa rekayasa. Bila kita mencoba ingin jujur pada diri sendiri. Beranikah kita jujur dengan segala kekurangan kita, kelemahan kita atau kebobrokan kita.
Pada dasarnya ketika kita telah berani jujur pada diri sendiri kita siap menghadapi dunia dengan segala realitanya. Mungkin akan menyakitkan bila kita tahu apa yang menjadi realita hanyalah sebuah impian. Jauh dari apa yang kita harapkan.
Coba kita hitung dan perhatikan apa yang telah kita lakukan hari ini. Sudahkah kita memberi orang lain. Membuat orang tersenyum. Dan memudahkan urusan orang lain. Setidaknya kalau kita tidak bisa berbuat untung orang lain. Cukuplah merenung dan memikirkan kembali kesan yang telah kita berbuat.
Kalau berani melangkah lebih jauh. Dekatkan dirimu dengan orang-orang yang kamu anggap setingakt diatasmu, idolamu mungkin atau secara kemampuan kamu mengakuinya dengan kerendahan hati.
Berpikir dan bertindak, tidak hanya terencana tapi terarah jauh kedepan bahwa apa yang kita lakukan hari ini dan esok tak ada yang sia-sia. Semua memberi manfaat dan senantiasa kita lebih dewasa. Menyiapkan diri untuk selalu tersenyum meski didera masalah.
Berpikir dan bertindak secara positip............
Pada dasarnya ketika kita telah berani jujur pada diri sendiri kita siap menghadapi dunia dengan segala realitanya. Mungkin akan menyakitkan bila kita tahu apa yang menjadi realita hanyalah sebuah impian. Jauh dari apa yang kita harapkan.
Coba kita hitung dan perhatikan apa yang telah kita lakukan hari ini. Sudahkah kita memberi orang lain. Membuat orang tersenyum. Dan memudahkan urusan orang lain. Setidaknya kalau kita tidak bisa berbuat untung orang lain. Cukuplah merenung dan memikirkan kembali kesan yang telah kita berbuat.
Kalau berani melangkah lebih jauh. Dekatkan dirimu dengan orang-orang yang kamu anggap setingakt diatasmu, idolamu mungkin atau secara kemampuan kamu mengakuinya dengan kerendahan hati.
Berpikir dan bertindak, tidak hanya terencana tapi terarah jauh kedepan bahwa apa yang kita lakukan hari ini dan esok tak ada yang sia-sia. Semua memberi manfaat dan senantiasa kita lebih dewasa. Menyiapkan diri untuk selalu tersenyum meski didera masalah.
Berpikir dan bertindak secara positip............
Langganan:
Postingan (Atom)