Beberapa waktu terakhir ini saya memiliki kebiasaan baru, bukan berkegiatan atau beraktivitas. Tapi satu kebiasaan yang membuatku semakin harus berfikir jalan mana yang harus saya pilih.
Haruskan saya bertahan dengan apa yang ada sambil terus berjalan untuk masuk kedalamnya. Semakin jauh saya masuki jalan itu semakin terjal medan yang kulihat. Nampak sebuah kekecewaan manakala kita hanya dijadikan budak, sama sekali tak punya kuasa atas diri sendiri.
Benar juga bila dikatakan dengan tetap bertahan kita akan ditempa, akan diuji mengenai apa yang kita yakani. Berjuang layaknya pahlawan kesiangan sampai pernah kukatakan kenapa kita harus bersifat sosialis sedang mereka bersikap kapitalis.
Menjadi ego yang dipaksakan bila kita hanya berjuang untuk orang lain bukan untuk diri kita ataupun keluarga kita. Saya dan keluarga butuh penghidupan yang layak, yang lebih dari cukup manakala terjadi hal-hal yang tidak di inginkan.
Adakah yang akan memperjuangkan nasib saya dan mungkin kita kalau kamu bersedia masuk didalamnya. Menjadi orang yang menjaga idealisme dan melacurkan diri untuk keberpihakan publik.
Padahal disekitarku kutemukan kontradiktif bahwa mereka yang harusnya bekerja untuk pengabdian tapi apa nyatanya mereka tak ubahnya dengan para preman menjadi penindas dan sok kuasa. Mereka memiliki kapasitas yang jauh lebih baik daripada saya. Dalam segala hal mereka unggul dan mereka banyak dicari agar mau melacurkan diri untuk kepentingan yang berduit.
Segala sesuatunya kini telah berubah, beda manakala ketika saya dan mungkin kamu saat masih berada dikampus. Semua yang ada ditujukan untuk pengabdian walaupun ada juga yang oprtunis tapi saya yakin itu hanya dua dari sepuluh. Tapi kini hampir semua menjadi orang yang bisa memanfaatkan kesempatan dan kewenangan untuk dirinya sendiri.
Sedang saya, sampai kini masih kebingungan menentukan arah. Akankan kulawan dengan resiko akan menjadi pecundang atau akan sama seperti mereka yang suka menjilat. Menggadaikan harga diri hanya untuk yang sesaat.
Masih belum kutemukan satu tempat yang dapat membuatku optimal sebagai manusia yang menikmati hidup. Bukan hanya berperan karena mampu tapi lebih pada kesenangan yang ada didalamnya bahwa kita bisa menjadi manusia yang humanis tanpa meninggalkan sisi-sisi kegilaan.
Selasa, 02 Februari 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kalau Kamu Percaya Bahwa Hidup Adalah Simbol-Simbol Lihatlah.................