Ada satu teman yang sering kali menangis dihadapanku. Entah, saya tidak tahu apa alasannya. Tapi setiap kali saya melihat ada yang menangis saya ikut terbawa. Ada semacam kedekatan emosional yang dulu pernah hilang.
Mungkinkah dulu saya seperti itu, cengeng dan berani menangis dihadapan orang lain. Tanpa ragu bahwa orang lain boleh melihat ketidak berdayaan saya. Kurasa dari dulu sampai sekarangpun saya rasa bukan orang yang cengeng. Sebab untuk menagis terlalu banyak alasan. Dari alasan yang tidak masuk akal sampai alasan yang kompleks bisa kita temukan kalau mau mencari alasan untuk menangis.
Menangis, saya rasa setiap orang pernah melakukannya. Cuma intensitasnya yang berbeda. Ada seseorang yang setelah menangis merasa lega. Seolah-olah masalah selesai, tapi ada juga yang dengan menagis masalah malah tambah runyam. Segala masalah yang harusnya diselesaikan dengan kepala dingin ikut terkontaminasi karena hati yang memanas.
Saya sepakat menangis dapat digunakan sebagai katarsis. Sarana menumpahkan segala masalah yang harus keluar. Tanpa tedeng aling-aling menangislah bila itu perlu. Tapi coba bila kita beranggapan bahwa masalah yang kita alami adalah sesuatu yang biasa dan semua orangpun mengalaminya.
Pasti kita akan tersenyum masalah yang kita alami masih jauh lebih ringan dari masalah yang dirasakan orang disekitar kita. Mencoba berkaca dengan cermin yang cernih sehingga kita bisa melihat sesuatu sampai detil jauh mendalam. Bahwa didalamnya ada hikmah yang baik untuk kita.
Akan berbeda bila kita hanya suka mengeluh. Kita melihat masalah atau diri kita dari cermin yang kusam, tidak cernih pasti kita akan berpikir negatif dan pesimis. Harapan itu telah sirna yang ada hanya detik-detik penantian kita akan mati secara perlahan tapi pasti.
Pentingnya sebuah pemahaman akan potensi diri. Kita bisa menjadi apa yang kita pikirkan. Bila kamu berpikir menjadi pecundang pastilah kamu akan jadi pecundang, tapi ingat bila kamu berpikir bahwa "kamu akan senantiasa menjadi manusia pembelajar maka kamu akan menembus batas-batas".
Mungkin perlu dibuat sebuah forum kecil diantara kawan-kawan untuk membahas setiap masalah dengan pendekatan logika bukan dengan pendekatan emosional. Melihat sesuatu secara objektif bukan sensitif.
Berapapun banyaknya orang yang menasehati kita atau memberi pertuah dalam penyelesaian masalah. Tapi bila kita tidak mau membuka diri dan menerima masukan sama saja. Masuk lewat kuping kiri keluar lewat kuping kanan.
Sering saya mendengar ia mengeluh terlalu lelah dengan masalahnya dan mungkin mati akan memberi jalan keluar. Tak ada yang bisa saya sampaikan selain memohon cobalah kamu lihat ibumu sewaktu tidur, lima menit saya.
Perhatikan tiap kerutan diwajahnya..............
Rabu, 20 Mei 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kalau Kamu Percaya Bahwa Hidup Adalah Simbol-Simbol Lihatlah.................