Menyimak lika-liku manusia sungguh menyenangkan. Sering kali menguras air mata atau memang diseting untuk menguras air mata penikmat. Sajian dengan kemasan eksploitasi sisi-sisi emosional yang terkadang mengesampingkan akal sehat.
Dengan berbagai kesamaan latar belakang bisa membuat kita memiliki alasan untuk terlibat, masuk dalam arena atau drama yang disajikan media.
Semua media sama saja dari media cetak, audio ataupun audio video mengajak kita masuk kedalamnya. Paling mudah lihatlah televise, kalau dulu zamannya sinetron yang menampilkan sisi heroisme sekarang telah berubah. Lebih menampilkan sisi humanisme dengan mengedepankan emosional. Penonton dijaga agar tidak beranjak dari tempat duduk meski hanya ke toilet untuk buang air kecil.
Seting yang dibuat seolah menyihir rasa keingin tahuan penonton akan kelanjutan tokoh yang tertindas. Banyak ibu-ibu yang kadang lupa mengurus anak ataupun keluarga karena terlalu asyik di depan layar kaca.
Eranya telah berubah, tahun ini bukan era sinetron. Tahun 2009 menjadi era reality show, sama-sama menguras air mata. Kalau ingin membuktikan setelah shalat asar nyalakan televise, pasti akan kita temukan acara reality show dan akan terus tayang menjelang maghrib. Semua sama saja disetiap stasiun telah disediakan tinggal menyesuaikan minat.
Tayangan ini ternyata lebih mendongkrak rating. Mampu menggugah rasa penonton bukan hanya pada tataran simpati tapi lebih dalam berupa empati. Atau kalau mau lebih ekstrim semuanya itu hanya perasaan sesaat semata.
Semua tayangan tersebut dibutuhkan banyak air mata, kalau tidak bisa air mata kejujuran cukuplah air mata buaya yang penting masyarakat kita yang haus akan tontonan hati terpuaskan. Ketika menikmati kita tidak perlu berfikir dan mengernyitkan dahi sebenarnya apa yang ingin disampaikan.
Tayangan yang mengedepankan rasio atau penalaran telah berkurang. Masyarakat lebih ingin di nina bobokan dengan melihat orang yang lemah, teraniaya atau kalau perlu tertindas.
Semua serba instant. Apa yang disajikan memberi efek besar tapi sesaat. Bila tayangan selesai berarti selesai sudah wisata emosional kita. Bila ingin menikatinya tinggal tunggu keesokan hari pasti disajikan kembali.
Tidak cukup sekali melihat dan mengambil hikmah yang ada di dalamnya. Pemanjaan yang terencana dari pemodal bagi masyarakat yang tercekoki apa kata media. Masyarakat tinggal mengamini dan menimati saja atau mulai dari sekarang matikan televise dan beralih pada hal nyata disekitar kita. Sesuatu yang bukan hasil rekayasa tapi lebih membumi dan ada disamping kita.
Minggu, 07 Juni 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Kalau Kamu Percaya Bahwa Hidup Adalah Simbol-Simbol Lihatlah.................